Sabtu, 19 Juli 2014

CARUT MARUTNYA IMPELMENTASI KURIKULUM 2013 T.P 2014/2015

Apakah yang anda rasakan dalam Penerapan Implementasi kurikulum 2013 untuk tahun pelajaran 2014/2015 ???
Pasti dari rekan-rekan pun merasakan hal yang sama tentang implementasi Kurikulum 2013 untuk tahun ajaran baru ini. Kita sebagai pelaksana di sekolah-sekolah sebenarnya membutuhkan sebuah penjelasan yang yang akurat dari Kementerian pendidikan dan kebudayaan (Kemdikbud). Agar tidak timbul pertanyaan-pertanyaan dan prasangka-prasangka yang akan menambah keruetan. nah untuk itu ada baiknya kalau kita menyimak artikel berikut yang kami kutip dari http://www.jpnn.com/.



Masalah Dalam Implementasi Kurikulum 2013 (di Tahun Ajaran 2014/2015)
1. Pengadaan hingga pendistribusian buku terlambat.
2. Pencetakan buku terhambat karena percetakan kekurangan modal.
3. Kepala sekolah tidak memesan buku ke percetakan sesuai jadwal.
4. Banyak guru belum mengikuti pelatihan kurikulum baru.
5. Jajaran Kemendikbud frustasi, karena jadwal dan skema yang disusun bubar.
6. Awal tahun ajaran baru sedianya efektif per 14 Juli, diundur per 4 Agustus.

Harris Iskandar sebagai Direktur Pembinaan SMA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)  mengatakan, kementeriannya saat ini sedang frustasi. Frustasi tersebut dikarenakan carut marutnya  persiapan implementasi Kurikulum 2013. "Bahkan sampai Menterinya (Mendikbud Mohamamd Nuh, red) kurang tidur," katanya.

Tahun ajaran baru dimulai sejak 14 Juli lalu, Namun buku-buku kurikulum baru belum sampai disekolah-sekolah.Kemendikbud tidak bisa disalahkan,  untuk masalah peredaraan buku itu, 
Kelemahan persiapan implementasi kurikulum baru yang paling parah ada di sektor pengadaan buku. Kata Harris. Kemendikbud sudah menyiapkan sistem yang bagus. Yaitu masing-masing kepala sekolah sasaran kurikulum baru langsung memesan buku ke LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah).

Harris mengatakan rata-rata buku kurikulum baru per mata pelajaran hanya di kisaran Rp 10 ribu. Harga buku kurikulum baru buatan Kemendikbud rata-rata hanya Rp 50 per lembar. Harga ini jauh lebih murah ketimbang buku fotokopian yang rata-rata Rp 100 per lembar. 


Harris juga menjelaskan bahwa  total kapasitas buku yang bakal didistribusikan adalah 240 juta eksemplar. Dengan Rincian
1. 123 juta eksemplar untuk jenjang SD, 
2. 60 juta eksemplar untuk SMP, 
3. 57 juta untuk SMA dan SMK. 
Untuk SMA dan SMK, buku yang tercetak sudah 60 persen. Sedangkan yang sudah terdistribusi masih 20 persen.

 
Dalam menyikapi hal ini Kemendikbud segera menginvestigasi kenapa banyak sekolah yang belum memesan buku. Muncul dugaan, sekolah tidak memesan buku terbitan Kemendikbud ini karena hanya akan mendapatkan "capek" saja. Berbeda dengan memesan buku di penerbitan umum, kepala sekolah atau guru bisa mendapatkan komisi.

Dalam menyikapi Kekurangan modal yang dialami percetakan Mendikbud Mohammad Nuh sedang mencoba mencari bank yang bisa menyalurkan pinjaman pendanaan kepada percetakan. Solusi yang  bisa dipakai juga dengan mencari percetakan lain untuk memecah kewajiban di percetakan yang memenangkan tender pengadaan buku kurikulum baru.

Dengan adanya penjelasan di atas lantas apa pendapat rekan-rekan dengan kurang efektifnya impelementasi Kurikulum 2013 untuk tahun pelajaran 2014/2015 ???

Kemudian apa yang seharusnya dijelaskan sekolah kepada wali murid tentang keterlambatan buku penunjang kurikulum ini ???

merupakan sebuah kontroversi yang membuat galau bagi sekolah-sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013 ini.

Semoga akan segera ada solusi yang bisa membuat semua pihak yang berhubungan dengan implementasi kurikulum 2013 ini dapat bernafas dengan lega.

demikian sedikit kutipan yang berkaitan dengan implementasi kurikulum 2013 untuk tahun pelajaran 2014/2015.





Artikel ini dikutip dari : http://www.jpnn.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar